Home Downloads Free Downloads Orientalism pdf. Said Submitted by: Jane Kivik. Read Online Download. Said by Edward W. Great book, Orientalism pdf is enough to raise the goose bumps alone. Add a review Your Rating: Your Comment:. Said menjelaskan bahwa penilaian-penilaian itu membawa orientalisme kepada suatu sistem moral dan epistemologis yang keras rigor. Ketiga jalan ini saling berelasi satu dengan yang lain lalu membangun suatu cara pandang tertentu dalam Orientalisme.
Jalan pada orien nampak sebagai sesuatu yang mengarah pada timur yang dikoreksi karena berada di luar batas dari masyarakat barat. Jalan pada orientalis adalah upaya orientalisasi terhadap orien sebagai wilayah dari orientalis, tetapi juga merupakan upaya untuk menguatkan pengetahuan pada pembaca dari dunia barat bahwa kodifikasi dan klasifikasi dari orien sebagai orien yang sebenarnya Said, Itu merupakan jalan ketiga.
Melalui pemaparan itu, Said memperlihatkan bahwa orien nampak seolah-olah tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Nilai-nilai yang ada pada orien merupakan representasi dari serangkaian penilaian-penilaian barat berdasarkan perjalanan historis juga cara berpikir barat terhadap orien. Relevansi Orientalisme Berangkat dari pengalaman kehidupan sehari-hari, pemahaman orientalisme yang dikemukakan oleh Edward W. Perkembangan teknologi dan industri memperlihatkan bagaimana kehidupan sehari-hari yang dijalani di Indonesia terarah kepada suatu pembangunan mode barat.
Pembangunan mode barat itu ditandai dengan tolok ukur yang menjadi haluan dari arah pembangunan tersebut. Tolok ukur itu tentu adalah suatu negara moderen yang terdapat di belahan dunia yang dianggap sebagai dunia pertama.
Padahal, tidaklah begitu jelas siapa yang menetapkan ukuran tersebut. Begitu juga dengan tidak begitu jelas apa ukuran dari suatu negara dapat dikategorikan sebagai dunia ketiga. Said memperlihatkan kepada kita bahwa upaya untuk memberikan suatu label kepada negara-negara orien merupakan suatu kontrol dari negara barat, terutama eropa. Permasalahan yang lebih konkret sesungguhnya tidak hanya berada pada tataran pembangunan atau pun soal penggunaan suatu terminologi. Tetapi, permasalahan yang lebih konkret juga dapat ditemukan melalui hal-hal yang nampak sehari-hari.
Berangkat dari pengalaman empiris penulis sebagai seorang beragama Kristen Protestan, orientalisme nampak jelas dalam mode berpakaian. Dalam lingkungan gereja, mode berpakaian yang dianggap layak dan patut dikenakan adalah setelan jas dan celana bahan. Pemahaman ini penulis dapat dari suatu pengalaman ketika melakukan pelayanan rohani ke salah satu daerah di pedalaman Sulawesi.
Penulis menemukan suatu fenomena di mana suatu keluarga mempersiapkan suatu pakaian khusus untuk pergi ke gereja yang diadakan setiap minggu. Kenyataan bahwa keluarga itu mengalami permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari- hari adalah sesuatu yang cukup memprihatinkan bagi penulis. Pakain terbaik itu adalah setelan jas beserta celana bahan. Tentu, sebagian besar umat Kristen mungkin menganggap itu sebagai hal yang lumrah.
Dengan suatu pengandaian bahwa saat beribadah berhadapan dengan Tuhan , seseorang harus memberikan yang terbaik dari dirinya. Namun, penulis melihat dalam lingkup yang lebih luas daripada semata-mata suatu asumsi teologis. Mengapa harus setelan jas dan celana bahan? Mengapa tidak mengenakan pakaian yang sesuai dengan kebutuhan mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini memancing penulis untuk melihat kembali kembali apa yang menyebabkan terciptanya kondisi demikian.
Kondisi yang menentukan seseorang layak atau tidak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial seperti ibadah? Apa yang memungkinkan kondisi-kondisi demikian tercipta? Juga apa yang membuat kondisi-kondisi demikian terus dipertahankan sehingga kemudian menjadi suatu ukuran? Penulis berupaya untuk melihat kasus ini dari sudut pandang orientalisme oleh Said. Tentu, setelan jas dan celana bahan itu bukan merupakan pakaian yang datang dari daerah pedalaman Sulawesi.
Pakaian demikian merupakan pakaian yang umumnya dipakai oleh orang-orang eropa dalam menghadiri acara-acara resmi. Secara garis besar, agama Kristen masuk bersama dengan kultur yang dibawa oleh orang-orang dari negeri barat terutama eropa. Ekspedisi mereka mempunyai tujuan berbeda-beda, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa mereka tidak melihat daerah yang mereka jelajah mempunyai posisi yang setara dengan mereka.
Para penjelajah itu membagikan berbagai pengetahuan-pengetahuan kepada para penduduk yang sudah lebih dahulu berada di daerah itu.
Pengetahuan- pengetahuan itu kemudian menjadi sesuatu yang tertanam. Nilai- nilai yang pada akhirnya menjadi tolok ukur terhadap orang-orang yang berada di daerah tersebut. Ini merupakan ciri khas orientalisme sebagaimana dikemukakan oleh Said. Setelan jas dan celana bahan itu mungkin adalah soal yang sederhan, namun nilai yang menopang hal yang sederhana itulah justru yang menjadi persoalan. Tolok ukur yang dikenakan kepada satu orang bahkan lebih luas lagi kepada satu komunitas bisa jadi merupakan suatu tolok ukur yang datang dari luar komunitas itu sendiri.
Mereka nampak seolah-olah tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan ukuran bagi diri mereka sendiri. Dalam hal ini, penulis melihat bahwa orientalisme berujung pada kolonialisme dalam bentuk yang lebih halus. Penulis pun melihat bahwa melalui orientalisme masih tetap mempunyai relevansi dalam konteksi Indonesia.
This might be a way eddard revenge, but there is one major academic flaw. I learned — and hope you do to, if you choose to pick this up — that if ideas are institutionalised, guarded as borderline law, and sustained by succeeding generations of those attached to the institutions in question, then said ideas can be perpetuated, in theory, forever.
He does to the Occident what he claims the Occident did to the Orient. It does not seem worthy of repeating here again. There was now a systematic education available in this increasingly organised pseudo-knowledge.
Through unreason and violence — that is, a particularly Oriental and non-Western way. Edward Said keeps his arguments relatively in the present, at least, from the perspective of the way the current eyes of the Occidental view the Oriental. In this case, what informed them of their world view of the east? And what is the appropriate schooling for such a scholar?
I recommend this book so highly that if you read one book a year, this is the one for What we have, instead, is a series of crude, essentialized caricatures of the Islamic world, presented in such a way as to make that world vulnerable orientakismus military aggression.
Said stays within edard confines of the late eighteenth century to the present, whereas European scholarship on the Orient dates back to the High Middle Ages. Refresh and try again.
0コメント